Wise Word

Rabu, 24 September 2008

Moral Individu



Banyak berita menarik bertemakan tentang pembenahan negri oleh media massa yang secara garis besar mempertanyakan "kesanggupan" kabinet mendatang dalam memenuhi ekspektasi sebagian besar rakyat Indonesia.

Pernah ada cerita dari seorang guru agama saya dulu yang menceritakan suatu keadaan (bahaya) dan bagaimana kita menyikapi keadaan itu.

Pada suatu ketika di suatu hutan lebat, terjadi kebakaran besar yang membuat semua penghuni hutan kalang kabut.

Disatu pojok, terdapatlah se ekor katak yang menyemprot-nyemprotkan air dengan mulutnya untuk memadamkan api hutan yang kian membesar. Semua juga tahu kalau usaha ini tidak akan bisa memadamkan api tersebut karena api sudah terlalu besar dibandingkan dengan semprotan air si katak.

Di pojok lain, terdapatlah seekor kadal yang melempar-lemparkan kayu kayu kering yang mungil kedalam api untuk memperbesarkan api hutan yang sudah besar. Semua juga tahu bahwa tambahan ranting sebesar mulut kadal sangatlah kecil sekali kontribusinya dalam membesarkan api.

Di pojok lain yang agak jauh dari api terdapatlah seekor kera yang menonton kebakaran hutan tersebut sambil terus berkomentar mengomentari penghuni-penghuni hutan baik yang ketakutan, yang lari, yang berusaha memadamkan atau bahkan juga yang justru berusaha menambah api.

Dari cerita di atas, tidak ada satupun yang ternyata bisa memadamkan api, baik si katak, kadal ataupun kera. Pak guru agama pun lalu merujuk pada perbuatan ketiga tokoh tersebut dan dikait-kaitkan dengan pahala surga dan siksa neraka. Penjelasan pak guru agama adalah; si katak masuk surga, sedangkan si kera dan kadal masuk neraka.

Itu dongeng sebelum tidur pada masa kecil dulu.

Moral yang ingin disampaikan pada waktu itu adalah walaupun ketiganya tidak berhasil mamadamkan api, tapi apa yang didapat dari ketiganya berbeda karena niat dan perilakunya menghadapi api tersebut.

Ada pendidikan moral lain dalam cerita diatas, yaitu perbuatan baik sekecil apapun bahkan saking kecilnya sampai-sampai tidak terlihat atau bahkan ditertawakan atau di olok-olok, semuanya tidak luput dari pengamatan Allah SWT. Bisa saja pelaku perbuatan baik itu terlihat sangat biasa, tapi sesungguhnya dialah yang sangat dimuliakan Allah dan surgalah tempat berpulang yang terbaik baginya.

Katakanlah sekarang misalnya api tersebut adalah semua persoalan bangsa yang harus diselesaikan (seperti api yang harus dipadamkan), lalu kalau kita berlaku seperti katak dalam cerita diatas, apalah artinya usaha seorang individu katak dalam "memadamkan api" tersebut. Begitupun kontribusi seorang individu kadal atau seorang individu kera. Api tidak akan terpengaruh.

Lain halnya kalau itu dilakukan dalam jumlah yang besar. Pasti akan berpengaruh pada api tersebut. Tinggal dilihat kalau banyak kera, api tidak padam, banyak kadal, api justru makin besar. Banyak katak, ada kemungkinan api mengecil dan bahkan padam.

Sewajarnyalah semua pendidikan selalu menanamkan moral-moral yang baik kepada anak didiknya. Anak-anak sebagai penerus bangsa akan melihat orangtuanya, karena merekalah satu-satunya orang yang dia punya di dunia ini. Kalau masing-masing dari kita walaupun kecil ikut berkontribusi menyelesaikan persoalan bangsa, Insya Allah anak-anak kitapun akan turut pula berkontribusi dan Insya Allah persoalan bangsa akan lebih cepat terselesaikan.

Persoalannya adalah perbuatan baik yang kecil lebih sukar dilakukan dari pada perbuatan buruk yang kecil. Misalnya memberi jalan pada penyebrang jalan lebih sulit dilakukan dari pada menerima sogokan suatu proyek. Kabinet apapun yang akan datang, hasilnya akan lain kalau masing-masing individu bangsa barsikap seperti katak dalam cerita hutan terbakar tadi.

0 komentar: